Ini kisah tentang asa bahagia yang dalam....
Tentang hati yang berdebar tak tentu arah
Kala memandang cahaya wajahmu berhias senyum
Senyum yang sewindu silam masih kumiliki
Senyum yang sungguh kan selalu menggetarkan.
Takkan mungkin air telaga berubah memerah sendu,..
Sbab di ruang yang paling istimewa dalam hati ini, namamu masih bertahta sebagai "yang tak tergantikan" .
Duhai,...jiwa ini belum lagi terbebas dari bayangmu.
Bayang yang mendekap dalam sunyi damai.
Dan lihatlah,
pagi ini aku bahagia. Sungguh bahagia.
Karena dapat memandangmu, walau hanya dalam sebuah foto.
Setelah sekian lama rindu menggunung.
Engkau masih secantik dulu, bidadariku.. .
Dan aku?
Aku akan menjaga diriku agar tetap "tampan" saat berdiri dihadapanmu,
jika waktu dan sang Alam mengijinkan kita tuk bersua.
Sbab kita pernah melihat rembulan tersenyum,
kala dua anak manusia saling menggenggam jemari.
I love you always.
------
Timur Jakarta, 14 Mar 2010 08.14 AM
+Don Vincenzo+
...... Siapakah gerangan saya? ......
Hanya pria biasa, dengan perikehidupan yang juga sangat biasa. Senang ber-khayal, terutama menyangkut hal-hal yang sangat ideal bahkan -bagi sebagian orang- utopis.
Gimana ngga utopis...
Khayalan kerap melayang jauh pada ide - ide seputar Dunia tanpa peperangan, Dunia tanpa akumulasi kapital, Dunia tanpa "kekuasaan" yang menindas, atau, Dunia yang dihuni masyarakat filosof yang dipimpin oleh seorang filosof sejati, ... turut serta disana harapan yang juga sangat utopis;
"Dunia dipangku oleh kebijaksanaan dan kebajikan."
Senin, Maret 15, 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar